Sabtu, 07 Mei 2011

Bidan Sebagai Agen Perubahan



PERAN bidan tidak hanya sebatas membantu persalinan ibu hamil. Lebih dari itu, dia dapat berlaku sebagai garda depan peningkatan kesejahteraan perempuan dan bayi serta agen perubahan (agent of change) bagi pembangunan kesehatan nasional.Sungguh mulia, bukan? Fungsi bidan saat ini masih identik dengan membantu kelahiran bayi di desa. Itu tidak salah. Memberikan nasihat kepada ibu hamil selama masa hamil, persalinan dan masa pascapersalinan, memimpin persalinan serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak memang menjadi tugas utama para bidan.
Namun lebih luas dari itu, bidan juga harus mampu menjalankan program pemberdayaan perempuan. Artinya, setiap bidan harus cakap memberikan pengetahuan bagaimana memilih pelayanan kesehatan terbaik dan hak-hak reproduksi kepada pasiennya.
“Jika perempuan sudah tahu hal-hal tersebut, dia bisa mudah membantu ekonomi keluarga dan mendidik anak dengan baik.
Salah satu tugas penting yang musti dilakukan bidan untuk menyukseskan pembangunan kesehatan nasional adalah penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia. Diketahui, tingginya AKI dan AKB masih menjadi permasalahan penting di Indonesia.
Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2005 menunjukkan, terdapat 228 kematian ibu dalam 100.000 kelahiran hidup dan terdapat 34 bayi meninggal dalam setiap 1.000 kelahiran hidup. Data ini menjadikan Indonesia memiliki AKI dan AKB tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara (ASEAN).
Sebenarnya, AKI dan AKB dapat dicegah bila ditangani dengan tepat dan cepat oleh tenaga kesehatan yang terampil dan fasilitas yang memadai.
Pemerintah Indonesia sendiri, menargetkan perbaikan kondisi kesehatan anak dan ibu secara konkret yang tertuang dalam butir Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals/MDGs) poin 4 dan 5. Pada 2015, pemerintah menargetkan penurunan AKI hingga sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 23 per 1.000 kelahiran hidup.
“Untuk mencapai target tersebut bukanlah hal yang mudah, karena Indonesia merupakan negara yang memiliki kondisi geografis, sosial, ekonomi, dan kultur sangat beragam dan menantang,” .
Namun demikian, dengan kerja keras, terutama peran bidan di daerah-daerah terpencil, Harni yakin target tersebut bisa tercapai. Terkait kualitas bidan, beber dia, saat ini pihaknya telah secara intens menyelenggarakan pelatihan dan kegiatan pengembangan profesi lainnya. Tidak hanya memberikan pengetahuan soal ilmu klinis, tetapi juga manajemen kesehatan dan kemampuan interpersonal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar